Senin, 16 Mei 2011

KAPAN INDONESIA BANGKIT??



KASUS PT. Freeport McMoran Indonesia
Perusahaan :P T. Freeport McMoran Indonesia
Jenis Galian :Tembaga dan Emas
Tahap :P roduksi
Lokasi :Grasberg dan Eastberg, Pegunungan Jaya Wijaya
Luas Konsesi :1,9 juta ha (Grasberg) dan 100 Km2 (Eastberg)
Kontrak Karya :I . 7 April 1967 Kepres No. 82/EK/KEP/4/1967
II. 30 Desember 1996
Saham :Freeport McMoRan Copper & Gold Corp (81,28%) PT Indocopper Investama
(9,36%), dan pemerintah Indonesia sebesar 9,36%.

PT Freeport Indonesia adalah perusahaan tambang paling tua beroperasi di Indonesia. Bahkan perusahaan tambang Amerika Serikat inilah yang mengarahkan kebijakan pertambangan Indonesia. Terbukti Kontrak Karya (KK) PT FI ditetapkan sebelum UU No 11 tahun 1967 tentang pertambangan Umum. Dan catatan buruk akibat dampak pertambangannya di Papua sangatlah luar biasa.

Dimulai dengan digusurnya ruang penghidupan suku-suku di pegunungan tengah Papua. Tanah-tanah adat tujuh suku, diantaranya suku Amungme dan Nduga dirampas awal masuknya PT FI dan dihancurkan saat operasi tambang berlangsung. Limbah tailing PT FI telah meniumbun sekitar 110 km2 wilayah estuari tercemar, sedangkan 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa beracun dan 133 km2 lahan subur terkubur. Saat periode banjir datang, kawasan-kawasan suburpun tercemar Perubahan arah sungai Ajkwa menyebabkan banjir, kehancuran hutan hujan tropis (21 km2), dan menyebabkan daerah yang semula kering menjadi rawa. Para ibu tak lagi bisa mencari siput di sekitar sungai yang merupakan sumber protein bagi keluarga. Gangguan kesehatan juga terjadi akibat masuknya orang luar ke Papua. Timika, kota tambang PT FI , adalah kota dengan penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia.

Ironisnya, disaat penghasilan PT FI naik dua kali lihat pada tahun 2005, hingga mencapai 4 kali PDRB Papua. Index Pembangunan Manusia (IPM) Papua berada di urutan ke 29. Dari 33 propinsi. Nilai IPM diekspresikan dengan tingginya angka kematian ibu hamil dan balita akibat kurang gizi. Lebih parah lagi, “kantong-kantong kemiskinan” di yang berada di kawasan konsesi pertambangan PT FI mencapai angka di atas 35%. Menjadi sangat ironis. Disaat gaji dan tunjangan dua orang CEO PT FI (James Moffet dan Richard Aderson) mencapat US$ 207,3 juta, pendapatan rata-rata penduduk Papua kurang dari US$ 240 per tahun. Hasil Audit BPK tahun 2005, atas pengelolaan penerimaan negara bukan pajak pada Departemen ESDM dan PT FI untuk tahun anggaran 2004 – 2005 menunjukkan Indonesia belum mendapatkan hasil optimal dari KK PT FI.

Secara khusus perusahaan membayar militer untuk mengamankan perusahaannya. Dalam aporan resmi tahunan Freeport tertulis telah memberikan sejumlah US$ 6,9 juta pada tahun 2004, lalu US$ 5,9 juta pada tahun 2003, dan US$ 5,6 juta pada tahun 2002 kepada militer (TNI). Hampir setiap tahun, perusahaan selalu melaporkan telah membiayai TNI untuk melindungi keamanan tambangnya. Daftar panjang pelanggaran HAM juga terjadi disekitar pertambangan PT FI. Intimidasi adalah kondisi keseharian yang harus dihadapi warga sekitar tambang.

Bergabungnya jajaran ahli ekologi, akademisi, ekonom, pengamat HAM, gender dan kesehatan yang terpelajar dan ternama ke jajaran Badan penasehat PT FI, seperti Prof. Otto Soemarwoto, Prof. Dr. Oekan Abdullah, Dr. .M. Chatib Basri, Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek hingga HS Dillon. Ternyata, sama sekali tak berpengaruh merubah perilaku PT FI. Sebaliknya, mereka manjadi alat penguat klaim Freeport sebagai perusahaan yang bertanggung jawab.

Anenya hingga saat ini tak ada tindakan signifikan apapun yang dilakukan oleh pemerintah terhadap PT Freeport. Wajar jika rakyat Papua menuduh pemerintah Indonesia hanya merampok kekayaan mereka. Aksi-aksi yang terus mendesak pertambangan ini dikaji ulang atau segera ditutup terus merebak.

Maju Terus Kampusku

http://www.yptelkom.or.id/viewartikel.php?id=14

Gelaran Imagine Cup yang diselenggarakan Microsoft akhirnya membuahkan prestasi bagi Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Melalui inovasi aplikasi ponsel kesehatan Childhood, Tim Gatotkaca IT Telkom berhasil menjadi satu-satunya wakil Indonesia untuk mengikuti Imagine Cup Internasional 2011 di New York, Amerika Serikat, 8-13 Juli mendatang.
Imagine Cup 2011 di Indonesia diikuti oleh puluhan tim mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Setelah melakukan proses penyaringan, 4 inovasi di antaranya memasuki penjurian tingkat tingkat akhir di FX Plaza Jakarta, Selasa (3/5).
“Tim Gatotkaca bangga bisa mewakili Indonesia di kancah internasional. Kami akan berupaya sebaik mungkin untuk dapat memenangkan babak final di New York, Amerika Serikat,” kata Dody Qori Utama, salah satu anggota tim Gatotkaca sekaligus dosen IT Telkom yang berstatus mahasiswa ITB itu.
Selain Dody, tim Gatotkaca terdiri dari Arganka Yahya, Kania Audrint (Teknik Informatika IT Telkom), dan Anggun Meka Luhur Prasasti (Teknik Telekomunikasi IT Telkom.
Kania Audrint berhasil menyampaikan proyek Childhood dihadapan juri dengan baik. Juri terdiri dari Risman Adnan (Developer and Platform Lead, Microsoft Indonesia), Djarot Subiantoro (Ketua ASPILUKI), dan Martin Hartono (Direktur GDP Ventures). 'Project Childhood' sebagai pemenang, yakni sebuah aplikasi kesehatan yang dirancang untuk memantau nutrisi anak serta menginformasi kondisi kesehatan anak kepada ibu. Childhood pun menuai pujian dari juri.
Sebagai aplikasi pendeteksi malnutrisi, Childhood bisa diaplikasikan pada berbagai sistem operasi smartphone. Lebih optimal lagi jika diaplikasikan pada Windows Phone 7. Pada presentasinya Kania mengatakan,
“Semua smartphone bisa dimanfaatkan untuk aplikasi Childhood. Bahkan bisa pula diaplikasikan pada smartphone buatan Cina,”
Jelasnya, Childhood memanfaatkan kamera 1,3 pixel yang ada pada ponsel. Karena nantinya kamera ini mengambil gambar sampel saliva dari balita dan kemudian dianalisa.
“Untuk mendeteksi dehidrasi, ibu cukup memotret air liur pada bayinya. Lalu biarkan Childhood menganalisa pola air liur tersebut,” kata Kania.

Menjelang keberangkatan ke New York, Tim Gatotkaca akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya serta mematangkan aplikasinya. Dalam konferensi pers, pihak Microsoft Indonesia berjanji akan mengadakan pertemuan khusus dengan tim Gatotkaca untuk memberikan mentoring. Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Sutanto Hartono menilai proyek Childhood memiliki keunikan yang berbeda.
“Solusi dan inovasi inilah yang akan menjadi peluang bagi Indonesia,” pungkasnya.

everyone are same

everyone are same